Gambar/Ilustrasi: Haje Kamps / TechCrunch |
Perangkat hacking Flipper Zero telah menjadi perbincangan di komunitas keamanan siber. Dikembangkan oleh Flipper Devices, sebuah perusahaan yang bermula di Rusia pada tahun 2020 tetapi kemudian menjauh dari negara asalnya, perangkat ini telah menjadi populer di kalangan penguji penetrasi, penggemar teknologi yang ingin mencoba hal baru, dan mahasiswa yang tertarik pada keamanan siber. Meskipun perangkat ini memberikan kesempatan untuk eksplorasi dan mengungkap kerentanan dari berbagai sistem penguncian, beberapa kekhawatiran muncul terkait potensi penyalahgunaan alat yang begitu kuat ini.
Flipper Zero dirancang untuk memanipulasi perangkat nirkabel, termasuk pembuka pintu garasi, sistem kartu RFID, sistem kunci jarak jauh, kunci pintu, dan penghalang masuk. Pada dasarnya, perangkat ini dapat meniru berbagai sistem penguncian, memungkinkan pengguna untuk bereksperimen dengan teknik peretasan. Yang mengejutkan, bahkan individu yang memiliki sedikit kemampuan peretasan pun berhasil membuka garasi, mengaktifkan lift, dan mengakses mekanisme penguncian kompleks lainnya menggunakan perangkat ini.
Namun, implikasi dari adanya lebih dari 300.000 perangkat hacking yang beredar telah menimbulkan perdebatan. Para kritikus khawatir dengan kemudahan Flipper Zero dalam menangkap sinyal kunci mobil dan pembuka gerbang, yang berpotensi mengakses lokasi yang seharusnya aman. Bahkan, port pengisian mobil Tesla yang biasanya dianggap aman pun dapat diretas menggunakan perangkat ini.
Salah satu tantangan bagi pengguna yang ingin menggali potensi penuh Flipper Zero adalah kebutuhan akan pembaruan perangkat lunak. Beberapa individu mungkin enggan menghubungkan perangkat ke komputer mereka melalui USB karena alasan keamanan. Namun, perusahaan telah mengatasi masalah ini dengan menyediakan metode pembaruan alternatif melalui aplikasi mobile iOS. Selain itu, Flipper Devices menekankan bahwa firmware perangkat ini bersifat open source, sehingga siapa pun dapat memeriksa dan memverifikasi integritasnya.
Membangun startup di tengah konflik dan sanksi yang sedang berlangsung tentu memiliki tantangan tersendiri. Namun, meskipun dalam situasi yang sulit, Flipper Devices tetap berkomitmen terhadap pelanggannya. Perusahaan telah memberikan jaminan kepada para pendukung dan pelanggan pemesan awal bahwa produksi dan pengiriman perangkat tidak akan terpengaruh oleh peristiwa saat ini. Namun, gangguan logistik di negara-negara Persemakmuran Negara-Negara Independen (CIS) dapat menyebabkan penundaan bagi pelanggan di wilayah tersebut.
Menanggapi spekulasi mengenai keterkaitannya dengan Rusia, Flipper Devices merilis pernyataan untuk mengklarifikasi posisinya. Tim perusahaan terdiri dari warga Ukraina dan Rusia, dan secara terbuka mengutuk "operasi militer khusus" yang sedang berlangsung, dengan menegaskan bahwa tidak ada anggota timnya yang mendukungnya. Selain itu, juru bicara perusahaan menjelaskan bahwa Flipper Devices bukan perusahaan Rusia, karena CEO-nya adalah warga Ukraina dan lebih dari 10% anggota timnya adalah warga Ukraina. Perusahaan ini beroperasi sebagai entitas terdistribusi dan sedang dalam proses mendirikan markasnya di London. Flipper Devices dengan tegas menyatakan bahwa perangkatnya tidak dikirim ke Rusia dan tidak merekrut karyawan dari sana. Perusahaan juga berusaha untuk memindahkan seluruh personelnya dari negara tersebut. Namun, beberapa karyawan yang memiliki paspor Rusia mungkin sesekali mengunjungi Rusia karena alasan pribadi.
Perangkat hacking Flipper Zero terus menarik perhatian individu yang tertarik pada keamanan siber. Meskipun potensinya dalam eksplorasi dan pendidikan di bidang ini tidak dapat disangkal, kekhawatiran mengenai penyalahgunaan dan risiko keamanan yang mungkin timbul tetap ada. Ketika Flipper Devices memperluas operasinya dan berusaha mencapai target penjualan yang ambisius, masih harus dilihat bagaimana perusahaan ini akan menavigasi lanskap keamanan siber yang selalu berubah dan mempertahankan keseimbangan antara inovasi dan penggunaan yang bertanggung jawab.